Rabu, 10 Desember 2014

TAMAN HATI






          “Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah tak sanggup. Batinku tertekan tinggal bersamanya...” tetesan air mata langit perlahan membasahi seragamnya. Kepalanya di tekuk seraya memeluk kedua lututnya. Tangannya meraba-raba di sekitarnya dan mengambil batu, lalu melemparkannya jauh ke kolam yang ada di depannya. Seakan tak menghiraukan sekitar, ia melempar batu sekencang-kencangnya tanpa takut terkena seseorang.
          Perasaannya lumayan lega setelah melakukan rutinitas yang biasa dia lakukan ketika bersedih.
**
          Bumi berkeliling di keramaian kota, matanya menerawang melihat sekeliling. Tak ada satu lembar pun poster yang luput dari penglihatannya. Ia sedang mencari lowongan kerja sambilan, namun hasilnya nihil. Tak ada satu pun. Teriknya matahari perlahan tergantikan oleh senja yang ke merah-merahan.
          Meski peluh terus menetes, namun Bumi tak pantang menyerah, meski sekarang hasilnya nihil. Tapi, kemungkinan esok kan lebih baik dari hari sekarang. Bumi bergegas pulang, takut-takut ibunya akan khawatir jika ia pulang terlalu larut.
          Ketika dalam perjalanan pulang, menjauh dari keramaian kota. Dan menapaki jalan setapak menuju desanya, menuju rumah tempat ia dan keluarganya berteduh. Melewati taman yang indah dan melongok ketika melihat seseorang yang sudah tak asing baginya. Duduk terpaku dalam lamunannya. Ia kira hanya dirinya saja yang punya masalah, ternyata orang seperti Langit pun bisa, padahal ia punya segalanya.
          Bumi mencoba mendekatinya dengan segenap kemampuan. Ia tak sanggup mendekati Langit yang sangat angkuh itu. Namun rasa penasaran menyergapnya dan membawa ia menepi.
          “Langit?...” sapanya pelan, seakan terdengar seperti gumaman.
          Terdengar suara seseorang, Langit mendongakkan wajahnya dan menoleh. Ia mencoba mengingat orang yang berada di sebelahnya itu.
          “Lo siapa?” Tanyanya acuh tak acuh. “Darimana lo tau nama gue? Tapi, kayaknya gue pernah liat lo deh...” sambung langit seraya mengingat-ngingat.
          “Gue Bumi...” jawabnya datar namun tatapannya begitu tajam.
          “O iya, gue baru inget, lokan yang waktu itu nyolot banget ama gue!” Seru Langit, ”ngapainlo di sini?” Sambungnya sewot.
          “Tentu lah gue nyolot ama lo, lo yang nabrak gue, sengaja lagi. Kenapa sih lo kaya benci dan nggak suka banget ama gue.”
          “Abis lo kampungan, sok pinter...” ejek Langit judes.
          “What’s problem? Eh gue kasih tauyah, jadi cewek jangan terlalu judes, entar nggak laku baru tau rasa loh...! Ujar Bumi acuh tak acuh.
          “Apa hubungannya? Dasar Gila!” Ejeknya.
          “Enak Ana bilang gue gila! Entar kualat loh...”
          “Peduli.” Ucapnya angkuh dan beranjak meninggalkan Bumi yang masih berdiri terpaku disebelahnya tadi.
          Langit berjalan dengan perasaan yang begitu dongkol karena di permalukan oleh Bumi. Ia menggerutu sendiri sampai tak melihat ada batu di depannya. Otomatis ia terjatuh, kaki kanannya terkilir dan ia mengerang kesakitan. Mendengar suara menjerit, sontak Bumi pun langsung berlari dan mendekat, ia hendak menolong Langit. Ketika tangan Bumi  hendak memegang kaki Langit, tangannya langsung di tepis kasar oleh Langit.
          “Eh ngapain lo, jangan nyari kesempatan dalam kesempitan yah!”
          “Eh Lang, gue itu mau nolongin lo. Tapi, terselah lo kalor nggak mau di tolong ya ludah gue mau pulang, lagian bentar lagi mau magrib.” Ujar Bumi mencoba menjelaskan.
          “Apa?!” Ujar Langit terlihat begitu panik. Seketika itu suasana hening, Langit terlihat menggigit bibir bawahnya menahan sakit saat ia hendak bangun. Bumi menoleh tak acuh lalu melangkah menjauh..
          “Mmm... tunggu!” Seru Langit, “gue minta ma’af. Kaki gue sakit banget...” sambungnya lemah. “Lo mau nggak bantun gue... please!” Pinta langit dengan wajah memelas.
          Bumi menoleh namun tak berkata apapun. Ia langsung mendekat dan memanggku Langit.
          “Mobil lo Dimana?”
          “Gue nggak bawa mobil.”
          “Terus, gue bawa lo ke mana?”
          “Gue ikut lo ayah, please. Malam ini aja, gue Males pulang ke rumah.”
          “Iya”
          Di perjalanan suasana menjadi hening, tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut keduanya, seakan membisu sesaat. Perasaan canggung hinggap di keduanya.
          “Lo nggak berat?” Tanya Langit waswas
          “Yah berat lah.” Jawab Bumi datar
          “Ya udahkalogitu gue jalan aja.”
          Bumi tak menjawab, ia menurunkan Langit perlahan dan menjauh pergi.
          “Lo tunggu di sini, gue mau ganti baju dulu.”
          Langit terdiam, menuruti perkataan Bumi. Namun keningnya mengerut tak mengerti.
          Setelah selesai berganti, Bumi pun melanjutkan jalannya. Bumi berjalan lesu tak karuan, sedangkan Langit menyusul di belakangnya dengan terpincang-pincang.
          “Heh bisa pelan dikit nggak jalannya, udahtau kaki gue sakit, masih ajacepet jalannya.” Sewot Langit.
          “Terus mau logimana?” Tanya Bumi mengernyitkan dahinya. Namun Langit hanya diam malu-malu. “Sini gue gendong lagi,” sambung Bumi
          “Makasihyah, kamu baik banget. Padahal aku selalu jahat sama kamu, tapi kamu masih mau nolongin aku.” Ucap Langit lirih
          “Apa? Kamu? gue nggak salah denger? Lo bilang Aku-Kamu?” Ledek Bumi seraya tersenyum.
          Langit tersenyum simpul.
          “Maksud gue... ah sama aja. Tapi benerloh... terus gue minta maaf  kalo dulu gue sering ngehina dan ngerendahinlo.”
          “Iya, udah gue maafin.”
          “Tapi kenapa lo selalu nolongin orang, nggak pernah pandang bulu.”
          “Sederhana. Jika kau tak bisa melakukan hal besar, coba lakukan hal kecil dengan cara besar.”
          “Maksudnya?”
          “Coba cari tau sendiri.”
          “Ish kamu! Eh... mmm, masih jauh nggak, gue ngantuk nih...”
          Langit menguap lalu tertidur perlahan di gendongan Bumi. Bumi hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku Langit yang jauh berbeda dari sebelumnya. Kenyataan manis  untuk Langit, bisa tersenyum di tengah kesedihan yang menimpanya, begitu pun Bumi.
          Langit senja begitu cerah dan mulai terganti oleh langit malam yang bertabur bintang.



Tobecontinue... :D
nextstory, kunjungi blog saya... http://cerpennano.blogspot.com
Seeyou..


0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates